Daily Archives: June 23, 2011

Goa Maria Tritis

Standard

Tetesan air stalaktit dan stalakmit ini melambangkan berkat sang pencipta turun atas para peziarah. Air menjadi simbol kehidupan, yang mesti diterima manusia apa adanya. Itulah semangat kesederhanaan Goa Tritis: Manusia Mesti Menerima Pemberian Tuhan Apa Adanya.

Goa Maria Tritis terletak 50 KM selatan kota Yogyakarta, arah Pantai Baron, yang ditempuh dalam waktu satu setengah jam. Berada di salah satu deretan bukit pegunungan seribu, tepatnya di Dusun Bulu, Kabupaten Gunung Kidul, Wonosari.

Menurut RM Clemensius Budiarto, SJ, Pastor Paroki Wonosari, goa ini terkenal karena kealamiannya.

Stalaktit dan stalakmit hasil kreasi sang pelukis agung menaungi patung Bunda Maria, dan tetesan airnya memberi kesejukan bagi para peziarah. Nama Tritis diambil berdasarkan bunyi yang dihasilkan tetesan air stalaktit dan stalakmit.

Air ini menjadi berkat tersendiri bagi warga sekitar, mengingat kondisi alam yang tandus. Selain digunakan sebagai air minum, tetesan air ini biasa dibawa pulang para peziarah, karena diyakini bisa menyembuhkan penyakit.

Goa Tritis dulunya dikenal sebagai tempat angker. Karena itulah, goa ini menjadi tempat favorit para pertapa. Konon, beberapa pangeran Kerajaan Mataram pernah bertapa di tempat ini, bahkan seorang pangeran mendapatkan wahyu Keraton Mataram di tempat ini.Namun, pada bulan Oktober tahun 1977 citra angker itu mulai berubah.

Goa ini diresmikan sebagai tempat doa dan ziarah Maria bagi umat Katolik, yang ditandai dengan peletakan patung Maria berukuran kecil di tengah goa. Adalah Romo Zhanweh, SJ yang kala itu menjadi Pastor Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, menjadi perintisnya.

Goa yang tadinya angker kini berubah menjadi tempat favorit para peziarah. Saat ini, sebuah patung Maria berukuran besar dengan gambaran Maria khusyuk berdoa ditempatkan di tengah goa.

Pada tahun 1978, dibangun sebuah jalan salib sederhana dengan diorama kisah sengsara Yesus. Secara khusus pada perhentian ke-12, yakni saat Yesus disalibkan, dibangun tiga buah salib, yang menggambarkan Yesus disalib bersama 2 penjahat.

Nuansa alami dan sederhana goa ini juga tampak pada altar perjamuan kudus, yang terletak di samping patung Maria. Altar ini terbuat dari batu alam yang diambil dari lokasi goa. Tempat duduk pun sangat sederhana, beralaskan hamparan karpet yang mulai usang.

Nuansa alami dan sederhana goa ini tampak kental saat malam natal dirayakan umat Paroki. Perayaan malam kudus seakan menghadirkan nuansa kesederhaan dan ketenagan Palungan Betlehem saat sang juru selamat lahir dua ribu tahun lalu.

Umat meyakini, goa alami ini adalah pemberian Tuhan, sehingga harus diterima apa adanya. Itulah alasan mengapa hingga usianya yang hampir mencapai 30 tahun, kondisi asli goa ini tetap dipertahankan.

Berziarah dan berdoa di Goa Maria Tritis ini membawa peziarah untuk bersyukur dan memohon melalui perantaraan Bunda Maria. Karena itulah semangat Goa Maria Tritis, membuat orang menjadi lebih sederhana di depan Sang Pencipta dengan menerima pemberiannya Tuhan apa adanya. (Suprie)(Sumber :www.indosiar.com/ragam)

Route Perjalanan ke Goa Maria Tritis

Standard

Untuk mencapai GOa Maria Tritis dapat melalui Route sbb :
Dari Yogyakarta – Wonosari; sampai simpang tiga Gading (dekat lapangan terbang landasan rumput) belok kanan menuju Playen – paliyan – Pasar Trowono – Singkil. Rute ini paling umum dilalui para peziarah dan jarak dari Gading – Goa Maria Tritis sekitar 28 km.